Selasa, 31 Agustus 2010

I found them LATELY enough

Seorang tidaklah dapat berarti banyak tanpa mekanisme pendewasaan yang ada didalamnya-Angelia,2010


Kehidupan internal kampus menurut saya, cukup kompleks untuk di uraikan, ketika memasuki kehidupan kampus, seketika saya merasa "Oh man! This is what should we call REAL life!". Problematika kampus saya yang notabene adalah kampus demokrasi, dimana grafik tarik ulur sungguh amat nyata terasa, bagaimana ketika suatu pemberitaan di media tentang pemerintahan bisa memanaskan situasi kampus. Bagaimana solidaritas antar jurusan mengakhiri persoalan sepele bahkan masalah cinta semata. Tapi inilah jalan saya, jalan saya dalam kapal pendidikan Fakultas,(baca;FISIP).

Tapi disisi lain, saya seolah kehilangan jati diri ketika saya ditanya masalah religiusitas. Memang benar adanya saya bukan tipikal orang yang fanatisme tinggi pada sebuah religius. Saya tipikal orang yang cenderung menunjukkan aksi, bukan sekedar persepsi semata.

Dua semester sudah kapal religiusitas saya terombang ambing gak jelas arahnya, gak jelas karyanya, gak jelas kaptennya. Sampai akhirnya 2 minggu yang lalu, tepat tanggal 17 Agustus 2010, saya seketika membelokkan kapal religiusitas saya ke arah yang tepat. Ajakan seorang teman yang selama ini saya hiraukan seketika menjadi sebuah penyesalan besar bagi diri saya sendiri.

Gobloknya kamu fannn..kenapa gak dari dulu kamu nemuin jalan ini???"kata saya pada diri saya sendiri.

Sampai hari, ini, genap dua minggu saya berkiprah di sebuah kapal besar bernama St. Aloysius Gonzaga sebuah kapal dengan misi besar, sebesar misi kapal Mavi Marmara yang di hadang oleh tentara Israel. Kapal besar ini ketika saya temui sedang dalam masa maintenance dibawah kapten kapal Bimo Aryotejo dan wakil kaptennya Dominicus Enjang, yang sudah saya kenal baik sebelumnya.

Ketika saya masuk kapal ini, saya benar benar merasa memiliki semua bagian dari kapal ini, termasuk awak awak kapalnya. Saya benar benar jatuh hati pada kapal St.Algonz ini. Kapal ini tidak mewah, juga tidak indah, namun suasana didalamnya benar benar menggelitik saya untuk menarik orang supaya dapat merasakan apa yang sedang saya rasakan ini.

Seketika saya bertemu dengan kawan lama saya, Astri bahkan kalau di kelompok 8 dulu kita konco plek! sak plek plek e pokok e *.Ehh ternyata dia sudah awak kapal level atas, yaa kira kira tu bisa dibilang supervisor gitu... Ya ampunnn
telat banget gueehhh..Langsung pada saat itu juga saya berkomitmen dengan diri saya, inilah tempat saya, walau hanya bisa menjadi supporting actor disini tapi besar hitungannya di Surga nanti. Toh ini bukan kegiatan teoretis seperti apa yang saya benci, tapi ini langkah kongkrit yang perlu saya ambil.

Tak selang beberapa lama, saya bertemu dengan seorang motivator ulung bernama Ronny a.k.a Gerry ato siapapun samarannya seketika itu pula semangat saya mengembalikan posisi kordinat kapal ini ke arah yang sebenarnya semakin membara, entah terpengaruh faktor saya adalah mahasiswa berlatar belakang politik atau apalah namanya, tapi bukan itu juga. Sebagai mahasiswa FISIP yang notabene peta politiknya rumit untuk dimengerti, saya cenderung orang yang pasif, tapi karena sense of belonging saya sudah ada, motivasi itu jadi api yang membara cukup besar dalam diri saya, setidaknya memotivasi saya untuk menggerakkan kapal ini bersama seluruh awak dan kaptennya ke arah yang lebih baik

mari para awak kapal ST.Algonz, kita kembali ke kordinat kita secara konkret.
Salam damai Kristus







*subtitle Indonesia: kita teman dekat! sedekat-dekatnya.

Tidak ada komentar: